Indonesian Freebie Web and Graphic Designer Resources

Siapa tuh Ermi?

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Halo, nama lengkap saya Ermida Debita. Teman-teman yang sudah dekat memanggil saya Ermi, kalau yang baru kenal biasanya Ermida. Saya lahir 12-12-96. Sekarang saya sedang merantau ke Bandung untuk sekolah, tepatnya di SMAN 5 Bandung. Doakan saya semoga perantauan saya tidak sia-sia dan diberkahi Allah ya! Aamiin.

Belanja Barang-Barang Untuk Sanlat MAP! (part 1)

H-1 Sanlat MAP, tanggal 25 Juli 2012
“Ermi, mau ikut belanja ga ke balubur? Belanja barang-barang buat besok sanlat..” Ichfan bertanya padaku sehabis rapat terakhir sanlat MAP.
“Waah boleh.. Siapa aja yang mau belanja?” Aku menjawab.
“Saya sama Naufal. Kalo mau ikut hayu.”
“Aku ajak satu akhwat yang lain ya? Ovi juga logistik. Oya, sholat ashar dulu, Fan?”
“Sok, ajak yang lain. Iyah, sholat dulu.. Saya sama Naufal sholat di masjid ya?”
“Sipsip okee.. Nanti ditunggu di deket mushola yaa..”

Berhubung Ovinya sudah pulang, akhirnya aku mengajak Sofi untuk menemaniku belanja karena kupikir membawa bendahara sanlat langsung akan mempermudah. Ehhehe urusan kwitansi, bon, dan cap yang lebih mengerti soalnya bendahara. Aku dan Sofi sholat di mushola. Menunggu ikhwan agak lama dan aku paham kenapa. Tadi ikhwan kehilangan list-an barang belanjaan, merekapun harus me-list ulang hoho. Pas mereka turun dari masjid...
“Kalian pada bawa tas?” tanya Ichfan padaku dan Sofi sambil melihat tas kami. Naufal hanya diam saja memerhatikan.
“Iya, habisnya mau ditaro di  mana?” Jawab Sofi.
“Iya, memang bakal balik lagi ke sekolah? Apa engga dikunci entar?” Tambahku.
“Saya sama Naufal sih naro tas di sekre ikhwan, tapi  iya juga yah..” Ichfan sadar. “Hayu kita juga bawa tas, Fan?” Kata Naufal pada Ichfan. “Kalian tunggu lagi di sini ya..” Ichfan mengingatkan.

Siip, pokoknya di jalan begitu-begitu aja. Kami ngobrolin sponsor yang meng-harkoskan sanlat kami. Mengenai dana, persiapan besok akan gimana, dll. Ooh! Mereka mengandalkanku karena mereka belum tahu angkot ke balubur. Haha, padahal yang orang Bandungkan mereka.
Kami ketawa-tawa karena bagian yang bayar ke Mang Angkotnya selalu Naufal. Naufal biasa naik angkot dan lebih paham untuk masalah bayar ongkos angkot. Kami udunan 2000 per-orang, eh, Naufal malah bayarnya 1000/orang, jadi 4000 ke Mang Angkotnya. Kata Naufal ga bakal dimarahin, “Segini mah deket”. Awalnya kami khawatir akan ditegur Mang Angkot, tapi ternyata Naufal benar. Uang sisanya bisa dijadiin ongkos pulang deh. Satu lagi, di depan Balubur mereka baru ingat bahwa Yusran mau ikut belanja. Yusran udah naro tas di sekre ikhwan karena mau ikut, tapi mereka lupa dan Yusran ketinggalan. Memang parpis parah pisan. Di situ Ichfan SMS maaf ke Yusran.
Di Balubur giliran akhwat beraksi. Aku dan Sofi menawar habis-habisan. Kami berpikir tekan anggaran logistik sebisa mungkin. Dana kami saat itu masih minus dan yang kami pikirkan adalah meminimalisir pengeluaran. Ichfan dan Naufal hanya geleng-geleng sambil duduk menunggu. Mereka bilang bagian ikhwan bawa barang aja, belanja mah urusan akhwat. Kami muter-muter hingga didetik akhir ikhwan bilang, udahlah jangan ditawar lagi, ambil aja.. Kalau ikhwan udah bilang gitu kami menyerah dan ambil barangnya. Eheheheh.
Kami belanja hingga menghasilkan beberapa kantung belanjaan. Salah satu kantungnya cukup besar. Mereka sama sekali tidak mengizinkan akhwat mengangkat barang. Kata mereka urusan angkat-mengangkat adalah ikhwan. Aku dan Sofi nurut aja, tapi memang rada kasian liatnya.
Barang yang tidak kami dapatkan di Balubur adalah figura. Figura ini digunakan sebagai plakat untuk pemateri, ekskul, serta lembaga yang kami undang. Melihat waktu yang menunjukan bahwa sebentar lagi adzan maghrib, berarti buka puasa, kami memutuskan untuk berbuka puasa di masjid saja.
Kami berbuka puasa di Masjid Al-Kautsar, masjid di belakang SMAN 5 Bandung. Aku yang menyarankan karena di sana setiap hari ada ta’jil. Pas kami sampai sana bertepatan dengan adzan maghrib. Orang-orang yang sedang duduk santai berbuka melihat kami dengan penuh heran. Kami berdiri mungkin dengan ekspresi yang aneh. Selain malu masih memakai seragam, membawa kantung besar, dan yang pasti berwajah capek+haus. Menahan rasa malu, aku bilang, “Udah heh, ayuuk kita buka. Ikut duduk ajalah!”

0 comments: (+add yours?)

Posting Komentar

Followers

Thanks For Visiting, Hopefully Could Be Useful And Don't Forget To Leave Suggestions In The Suggestion Box ^^