H-1 Sanlat MAP, tanggal 25 Juli 2012
“Ermi, mau ikut
belanja ga ke balubur? Belanja barang-barang buat besok sanlat..” Ichfan
bertanya padaku sehabis rapat terakhir sanlat MAP.
“Waah boleh.. Siapa
aja yang mau belanja?” Aku menjawab.
“Saya sama Naufal.
Kalo mau ikut hayu.”
“Aku ajak satu
akhwat yang lain ya? Ovi juga logistik. Oya, sholat ashar dulu, Fan?”
“Sok, ajak yang
lain. Iyah, sholat dulu.. Saya sama Naufal sholat di masjid ya?”
“Sipsip okee..
Nanti ditunggu di deket mushola yaa..”
Berhubung Ovinya sudah pulang, akhirnya aku mengajak Sofi
untuk menemaniku belanja karena kupikir membawa bendahara sanlat langsung akan
mempermudah. Ehhehe urusan kwitansi, bon, dan cap yang lebih mengerti soalnya
bendahara. Aku dan Sofi sholat di mushola. Menunggu ikhwan agak lama dan aku
paham kenapa. Tadi ikhwan kehilangan list-an barang belanjaan, merekapun harus
me-list ulang hoho. Pas mereka turun dari masjid...
“Kalian pada bawa
tas?” tanya Ichfan padaku dan Sofi sambil melihat tas kami. Naufal hanya diam
saja memerhatikan.
“Iya, habisnya mau
ditaro di mana?” Jawab Sofi.
“Iya, memang bakal
balik lagi ke sekolah? Apa engga dikunci entar?” Tambahku.
“Saya sama Naufal
sih naro tas di sekre ikhwan, tapi iya
juga yah..” Ichfan sadar. “Hayu kita juga bawa tas, Fan?” Kata Naufal pada
Ichfan. “Kalian tunggu lagi di sini ya..” Ichfan mengingatkan.
Siip, pokoknya di jalan begitu-begitu aja. Kami ngobrolin
sponsor yang meng-harkoskan sanlat kami. Mengenai dana, persiapan besok akan
gimana, dll. Ooh! Mereka mengandalkanku karena mereka belum tahu angkot ke
balubur. Haha, padahal yang orang Bandungkan mereka.
Kami ketawa-tawa karena bagian yang bayar ke Mang
Angkotnya selalu Naufal. Naufal biasa naik angkot dan lebih paham untuk masalah
bayar ongkos angkot. Kami udunan 2000 per-orang, eh, Naufal malah bayarnya
1000/orang, jadi 4000 ke Mang Angkotnya. Kata Naufal ga bakal dimarahin, “Segini
mah deket”. Awalnya kami khawatir akan ditegur Mang Angkot, tapi ternyata
Naufal benar. Uang sisanya bisa dijadiin ongkos pulang deh. Satu lagi, di depan
Balubur mereka baru ingat bahwa Yusran mau ikut belanja. Yusran udah naro tas
di sekre ikhwan karena mau ikut, tapi mereka lupa dan Yusran ketinggalan.
Memang parpis parah pisan. Di situ Ichfan SMS maaf ke Yusran.
Di Balubur giliran akhwat beraksi. Aku dan Sofi menawar
habis-habisan. Kami berpikir tekan anggaran logistik sebisa mungkin. Dana kami
saat itu masih minus dan yang kami pikirkan adalah meminimalisir pengeluaran.
Ichfan dan Naufal hanya geleng-geleng sambil duduk menunggu. Mereka bilang
bagian ikhwan bawa barang aja, belanja mah urusan akhwat. Kami muter-muter
hingga didetik akhir ikhwan bilang, udahlah jangan ditawar lagi, ambil aja..
Kalau ikhwan udah bilang gitu kami menyerah dan ambil barangnya. Eheheheh.
Kami belanja hingga menghasilkan beberapa kantung
belanjaan. Salah satu kantungnya cukup besar. Mereka sama sekali tidak
mengizinkan akhwat mengangkat barang. Kata mereka urusan angkat-mengangkat
adalah ikhwan. Aku dan Sofi nurut aja, tapi memang rada kasian liatnya.
Barang yang tidak kami dapatkan di Balubur adalah figura.
Figura ini digunakan sebagai plakat untuk pemateri, ekskul, serta lembaga yang
kami undang. Melihat waktu yang menunjukan bahwa sebentar lagi adzan maghrib,
berarti buka puasa, kami memutuskan untuk berbuka puasa di masjid saja.
Kami berbuka puasa di Masjid Al-Kautsar, masjid di
belakang SMAN 5 Bandung. Aku yang menyarankan karena di sana setiap hari ada
ta’jil. Pas kami sampai sana bertepatan dengan adzan maghrib. Orang-orang yang
sedang duduk santai berbuka melihat kami dengan penuh heran. Kami berdiri
mungkin dengan ekspresi yang aneh. Selain malu masih memakai seragam, membawa
kantung besar, dan yang pasti berwajah capek+haus. Menahan rasa malu, aku
bilang, “Udah heh, ayuuk kita buka. Ikut duduk ajalah!”
0 comments: (+add yours?)
Posting Komentar