Indonesian Freebie Web and Graphic Designer Resources

Siapa tuh Ermi?

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Halo, nama lengkap saya Ermida Debita. Teman-teman yang sudah dekat memanggil saya Ermi, kalau yang baru kenal biasanya Ermida. Saya lahir 12-12-96. Sekarang saya sedang merantau ke Bandung untuk sekolah, tepatnya di SMAN 5 Bandung. Doakan saya semoga perantauan saya tidak sia-sia dan diberkahi Allah ya! Aamiin.

Kera Sakti...(?)

0 comments

Senin, 12 Agustus 2012
Aku sedang mencatat catatan yang ditulis Pak Mamduh di papan tulis pada pelajaran terakhir, matematika. Teman sebangkuku adalah Intan, anak DKM juga. Kami duduk di tempat paling depan sebelah kanan meja guru. Ketika mencatat, Sun Go Khong terngiang-ngiang di otakku. Besoknya itu ulangan Sejarah dan sedang membahas pelajaran Hindu-Budha, jadilah aku ingat Sun Go Khong. Aku berhenti sebentar dan suatu pertanyaan bodoh secara tidak sengaja keluar dari mulutku pada Intan..

"Tan, kenal Dewi Quan In?" Tanyaku pada Intan dengan fokus melihat matanya.
Tiba-tiba saja Intan nge-hang dan suasana sunyi sebentar.. "..." (krik-krik-krik-krik)
"Buahahahahahahahahahhaa!!!" Intan tertawa terbahak-bahak. Melihat Intan yang tertawa aku jadi ikut tertawa, "Iihh kenapa, Tan?"
"Kenapa tiba-tiba kamu nanyain Dewi Quan In? Sekarang pelajaran matematikaaa, Ermiii~"
"Abiiis aku inget Sun Go Khong, Intan." Jawabku malu.
"Iya, Sun Go Khong dulu terkenal ya? blablablabla."
"Blabalablablablabla.."
Jadilah kami membicarakan masalah seputar Kera Sakti. Kembaran Sun Go Khong, Pat Kai, dll. Ternyata Intan juga antusias!
"Mi, dulu paskibra aku kan ada formasi gitu ya.. Lagunya pake yang, 'Walau rintangan membentang, tak jadi masalah, tak jadi beban pikiran!' pake lagu itu, terus penonton yang ngeliat formasi paskibraku kompak ngelanjutin, 'Kera Sakti~~~~' parah banget kan?"
"Huahahahahahaha!" Gantian aku yang tertawa. Aku membayangkan dan menurutku itu sangat lucu. Agak memalukan tapi lucu hahaha. Paskibra yang serius jadi digituin.

Maaf yah, kalo cerita-ceritaku garing. Aku seneng cerita pengalaman pribadi, supaya ingat terus. Aku masih suka baca-baca tulisannku yang amatir ini, walau begitu aku masih suka ketawa-tawa atau merenung sendiri lho!

Alumni Itu So Sweet~! :'D

0 comments

“Ermi, kalian pada tau ga, Kang Ibam itu malem sebelum kalian sanlat udah nge-jarkomin alumni dengan penuh kebanggaan lhoo.” Teh Gilang memulai pembicaraan.
“Oh iya, Teh. Ngejarkomin apa emangnya?” Jawabku dengan penuh heran.
“Kang Ibam ngejarkom bilang kalo alumni ada kejutan buat kalian. Malem sebelum sanlat MAP kan kalian masih minus 2-4 juta ya? Nah, si Kang Ibam nge-jarkom dengan penuh rasa bangga kalo alumni sebenernya nyiapin 1 juta untuk kalian!”
“Waaah! Iya teh?? Terus 1 jutanya sekarang mana?” Aku menagih dengan sedikit bercanda.
“Ahahahah.. jadi gini, kan ada alumni yang langsung dapet info kalau di hari pertama sanlat kalian udahdapet 20 juta,  aku langsung nge-SMS Kang Ibam kalo kalian udah surplus karena di hari pertama  dapet 20 juta itu”
“Yaah teeeh, kok alumnii gituu..” Tanggapan Kamila mendengar cerita dari Teh Gilang.
“Hahaha yaudah, gapapa mil, Alhamdulillah kita kan udah surplus. Teh, alumni baik bangeet!” Kataku pada Kamila dan Teh Gilang.
“Oiya, terus uang si Andre(salah satu alumni juga, NK’09) udah dibalikin belum? Kalian katanya waktu itu sempet pinjem uang 3 juta ke Andre buat DP untuk sanlat”
“Hemmm tuh tanyain ikhwan teh, ikhwan lebih faham sepertinya.” Jawabku.
Wafda yang merasa ter-mention langsung menengok dan menjawab, “Ooh teh, iya, belum dikembaliin hehe. Nanti kalau udah beres semua.”
“Teh, berarti kita hanya balikin 2 juta aja dong ya? Kan alumni mau ngasih 1 juta?” Tanya Kamila pada Teh Gilang.
“Oo tida bisaa, itu yang kalian pinjem uang pribadi Andre lhoo, bukan KAS alumni. Cepet balikin kalo udah beres. Ehehehe” Teh Gilang menjelaskan.
“Sipsip, Teh!” Kataku, Kamila, dan Wafda.

Gariiing, huaaa~

0 comments

Beberapa menit sebelum sholat Jumat(Aku lupa itu jam berapa) aku ke basecamp panitia. Ada beberapa akhwat yang sedang membungkus kado untuk games Mystery Box, yaitu Teh Nunu, Teh Ayunda, Kamila, Ghina, dan Intan.
“Aduuuh, hei, ada yang bisa bantu ga? Di atas(aula 5, tempat keputrian mau dimulai) garing pisan. Si Nala kasian jadi MC ga diwaro ade kelas terus. Sebelum keputrian tuh kita penampilan yel-yel dulu. Ini, satu lagi, ada yang bisa nyambungin in-focus sama laptop aku ga? Aku belom ngerti euung.” Mintaku pada akhwat yang berada di situ.
Ghina sudah siap mau ke atas membawa laptopku, “Yaah, tapi aku belum ngerti masangnya, Mi”
“Sini, sini, aku aja yang nyambungin in-focus, aku ngerti!” Kesediaan Teh Nunu padaku sambil bergegas membawa laptopku ke aula 5. Intan dan Ghina juga ke atas ikut membantu Teh Nunu.
“Sip, in-focus beres. Mil, kamu kan calon ketua keputriaaan, itutuuuh bantuin Nala nge-MClaah, kasian pisaaaann. Aku ngurusin ini deh yang buat games Mystery Box, aku kan logistik.”
“Bener, bener kata Ermi. Kamila kan mau jadi penerus akuu, hayoo semangaat!” Respon Teh Ayunda(Ketua Keputrian 2013)
“Haduuuh, Ermi. Yaudah deh, aku yang tilawah sebelum keputrian ya?”
“Okeoke, terserah Kamila ajaaa. Oiya! Kamil mau jadi imam buat sholat dzuhur ga? Sebenernya aku udah minta Ovi, tapi Ovinya nda mauuu. Ragu-ragu dia. Ayoayoo yang hafalan Qur’an dan akhlaknya baguuus.” Pintaku pada Kamila.
“Kamu aja atuuh.” Jawab Kamila.
“Ga bisa aku mah. Aku masih ngurusin yang lain nih, Mil. Kamu aja yaaa, ayoo ke ataas.”
“Yaudah, aku ke atas.”

Tinggal aku dan Teh Ayunda di basecamp.
“Teh, ada yang bisa saya bantu?” Tawaranku pada Teh Ayunda.
“Ini, Mi. Sebenernya bungkus kadonya kurang. Gimana ya?”
“Hemm..”

Tiba-tiba Intan menelpon ku..
“Ermi, ermi, gawaaaat... In-focus ga bisa nyala-nyala. Gimana ini? Rusak atau gimana? Ada ikhwan logistik ga di basecamp?”
“Haduuuh kok bisa? Ada Teh Nunu kan di atas? Aku mah mana ngerti cara nyalain in-focus. Ikhwan kayaknya lagi pada siap-siap sholat jumat, di sini cuma ada aku sama Teh Ayunda.”
“Ooh nyalain in-focus ya, Mi? Yaudah aku ke atas ya!” Teh Ayunda yang mengerti pembicaraanku dengan Intan langsung siap membantu ke aula 5.
“Teh Ayunda sekarang mau ke atas, Tan. Tunggu aja di atas yaa... aku ngurusin buat games sekarang. Wassalamualaykum.” Aku mengakhiri pembicaraan di telepon.

Di basecamp tinggal aku sendiri. Karena tadi melihat pekerjaan Teh Ayunda, aku langsung menggantikannya. Aku duduk di bawah lantai dan bekerja. Tiba-tiba beberapa ikhwan datang, Rian dan Tsabit.
“Wah, parahlah, basecamp kosong.” Kata Rian seolah berbicara sendiri. Rian masuk dan memastikan handphonenya yang sedang di charger.
“Waah, parah, basecamp kok kosong? Kan udah dikasih tau kalo basecamp jangan kosong.” Tsabit menambahkan.
Aku yang duduk di bawah diam saja. Mau bilang kalo di basecamp tuh ada orang, eoy! Hingga akhirnya mereka sadar dan tertawa sendiri.
“Eh, ada Ermi deng!” Kata Tsabit lega kalau basecamp tidak kosong.
“Eh iyaa, ada Ermi haha. Jagain HP urang ya..”
“Kok kalian ga sholat jumat?”
“Ini mau sholat jumat, belum mulai kok.”
“Ooh yaudah, cepet gih, jangan terlambat..”
“Basecamp jangan kosong yaaa...” Tsabit mengingatkan kembali.
Pekerjaan untuk games Mystery Box sementara  itu selesai. Melihat basecamp yang berantakan, aku ga tega dan memulai untuk membersihkannya. Haha, seperti biasa, tas, jaket, dan sepatu ikhwan tersebar agak berantakan. Ingat pesan El, kalau akhwat ga ada kerjaan yaa minimal merapihkan basecamp saja. Aku merapihkan basecamp sampai ikhwan pada selesai sholat jumat.

Belanja Barang-Barang Untuk Sanlat MAP! (part 2)

0 comments

Sehabis sholat maghrib Naufal langsung pulang karena rumahnya cukup jauh. Sofi sebenarnya rumahnya juga jauh, tapi bela-belain nemenin aku. Kami harus membeli figura malam itu juga. Rencana kami adalah ke Jonas, BIP(mall Bandung Indah Plaza). Sofi ga tega ninggalin aku. Soalnya kalau dia pulang, nanti yang beli figura hanya aku dan Ichfan.
Aku mengusulkan supaya barang-barang yang tadi sudah dibeli di Balubur disimpan dulu di kosan aku. Karena khusus perempuan, laki-laki ga boleh masuk, Ichfan menunggu di luar gerbang. Sofi kira Ichfan bakal pulang karena dia pikir yang beli figura cukup aku dan dia(Sofi). Haha ternyata Ichfan nungguin. Ichfan tak tega membiarkan kami membawa barang nanti. Figura ga enteng, apalagi disuruh beli banyak.
Pas masuk mall BIP wajah Ichfan aku rasa berubah. Kayaknya dia capek parah. Dia kayak yang marah/kesel gitu. Karena wajahnya kayak kesel, aku jadi ikutan kesel. Terus lama-lama aku sadar, wajar kalau kayak gitu. Kami semua capek belum makan nasi, baru ta’jil tadi dan sekarang harus kerja untuk beli figura lagi.
Aku dan Sofi memilih-milih figura. Kami rencana beli yang 5 gratis 1. Warna-warna yang aku dan Sofi pilih tidak sesuai Ichfan, akhirnya kami memberi kebebasan untuk Ichfan memilih. 12 figura yang Ichfan pilih adalah warna abu-abu terang keputih-putihan, itulah yang kami beli. Awalnya disuruh beli 15, tapi berhubung 5 gratis 1, jadi kami beli 10 saja dan gratis 2. Itu juga konsultasi ke Wafda dulu bagusnya gimana.
Karena melihat wajah Ichfan yang sudah ga kondusif, semua figura itu aku masukin ke tas aku. Jadi otomatis aku yang bawa. Ichfan bilang, “Sini aku aja yang bawa..” hhee akunya juga ga enak, jadi aku bilang, “Gapapa, ga berat da, enteng. Tasku kosong nih, tadi dikeluarin semua bukunya pas ke kosan. Lagian figuranya ga besar kok.”
Kami pulang naik angkot ke arah 5 lagi. Aku turun di SMA 5 terus jalan ke kosan, Ichfan dan Sofi lanjut. Ichfan rumahnya juga deket SMA 5, tapi karena udah malem dia jadi naik angkot. Sofi rumahnya di Soekarno Hatta, beberapa kali naik angkot. Selesai :’D.

Belanja Barang-Barang Untuk Sanlat MAP! (part 1)

0 comments

H-1 Sanlat MAP, tanggal 25 Juli 2012
“Ermi, mau ikut belanja ga ke balubur? Belanja barang-barang buat besok sanlat..” Ichfan bertanya padaku sehabis rapat terakhir sanlat MAP.
“Waah boleh.. Siapa aja yang mau belanja?” Aku menjawab.
“Saya sama Naufal. Kalo mau ikut hayu.”
“Aku ajak satu akhwat yang lain ya? Ovi juga logistik. Oya, sholat ashar dulu, Fan?”
“Sok, ajak yang lain. Iyah, sholat dulu.. Saya sama Naufal sholat di masjid ya?”
“Sipsip okee.. Nanti ditunggu di deket mushola yaa..”

Berhubung Ovinya sudah pulang, akhirnya aku mengajak Sofi untuk menemaniku belanja karena kupikir membawa bendahara sanlat langsung akan mempermudah. Ehhehe urusan kwitansi, bon, dan cap yang lebih mengerti soalnya bendahara. Aku dan Sofi sholat di mushola. Menunggu ikhwan agak lama dan aku paham kenapa. Tadi ikhwan kehilangan list-an barang belanjaan, merekapun harus me-list ulang hoho. Pas mereka turun dari masjid...
“Kalian pada bawa tas?” tanya Ichfan padaku dan Sofi sambil melihat tas kami. Naufal hanya diam saja memerhatikan.
“Iya, habisnya mau ditaro di  mana?” Jawab Sofi.
“Iya, memang bakal balik lagi ke sekolah? Apa engga dikunci entar?” Tambahku.
“Saya sama Naufal sih naro tas di sekre ikhwan, tapi  iya juga yah..” Ichfan sadar. “Hayu kita juga bawa tas, Fan?” Kata Naufal pada Ichfan. “Kalian tunggu lagi di sini ya..” Ichfan mengingatkan.

Siip, pokoknya di jalan begitu-begitu aja. Kami ngobrolin sponsor yang meng-harkoskan sanlat kami. Mengenai dana, persiapan besok akan gimana, dll. Ooh! Mereka mengandalkanku karena mereka belum tahu angkot ke balubur. Haha, padahal yang orang Bandungkan mereka.
Kami ketawa-tawa karena bagian yang bayar ke Mang Angkotnya selalu Naufal. Naufal biasa naik angkot dan lebih paham untuk masalah bayar ongkos angkot. Kami udunan 2000 per-orang, eh, Naufal malah bayarnya 1000/orang, jadi 4000 ke Mang Angkotnya. Kata Naufal ga bakal dimarahin, “Segini mah deket”. Awalnya kami khawatir akan ditegur Mang Angkot, tapi ternyata Naufal benar. Uang sisanya bisa dijadiin ongkos pulang deh. Satu lagi, di depan Balubur mereka baru ingat bahwa Yusran mau ikut belanja. Yusran udah naro tas di sekre ikhwan karena mau ikut, tapi mereka lupa dan Yusran ketinggalan. Memang parpis parah pisan. Di situ Ichfan SMS maaf ke Yusran.
Di Balubur giliran akhwat beraksi. Aku dan Sofi menawar habis-habisan. Kami berpikir tekan anggaran logistik sebisa mungkin. Dana kami saat itu masih minus dan yang kami pikirkan adalah meminimalisir pengeluaran. Ichfan dan Naufal hanya geleng-geleng sambil duduk menunggu. Mereka bilang bagian ikhwan bawa barang aja, belanja mah urusan akhwat. Kami muter-muter hingga didetik akhir ikhwan bilang, udahlah jangan ditawar lagi, ambil aja.. Kalau ikhwan udah bilang gitu kami menyerah dan ambil barangnya. Eheheheh.
Kami belanja hingga menghasilkan beberapa kantung belanjaan. Salah satu kantungnya cukup besar. Mereka sama sekali tidak mengizinkan akhwat mengangkat barang. Kata mereka urusan angkat-mengangkat adalah ikhwan. Aku dan Sofi nurut aja, tapi memang rada kasian liatnya.
Barang yang tidak kami dapatkan di Balubur adalah figura. Figura ini digunakan sebagai plakat untuk pemateri, ekskul, serta lembaga yang kami undang. Melihat waktu yang menunjukan bahwa sebentar lagi adzan maghrib, berarti buka puasa, kami memutuskan untuk berbuka puasa di masjid saja.
Kami berbuka puasa di Masjid Al-Kautsar, masjid di belakang SMAN 5 Bandung. Aku yang menyarankan karena di sana setiap hari ada ta’jil. Pas kami sampai sana bertepatan dengan adzan maghrib. Orang-orang yang sedang duduk santai berbuka melihat kami dengan penuh heran. Kami berdiri mungkin dengan ekspresi yang aneh. Selain malu masih memakai seragam, membawa kantung besar, dan yang pasti berwajah capek+haus. Menahan rasa malu, aku bilang, “Udah heh, ayuuk kita buka. Ikut duduk ajalah!”

Ga Ada yang Ga Mungkin!

0 comments

Percakapan ini terjadi beberapa jam setelah sanlat MAP berakhir. Pada tanggal 28 Juli 2012, kira-kira jam setengah 5 lebih.
Di basecamp panitia ada Tsabit, Wafda, El, Ichfan, Ermi, Kamila, dan Teh Gilang. El dan Ichfan sedang tertidur karena capek yang sudah ditumpuk selama 3 hari sebelumnya.
“Ermi, akhwat pada dapet SMS dari Teh Sirin ga?” tanya Tsabit padaku.
“SMS yang mana, Bit?”
“Itu looh, yang kisah tentang sebuah organisasi yang kekurangan dana dan..” “Ooh, iyaiya! Akhwat semua di SMS-in Teh Sirin”
“Dikisah itu kekurangan berapa deh?” Tanya Tsabit lagi untuk memastikan.
“10 juta!” jawabku dengan penuh semangat karena sudah mengira-ngira apa pertanyaan Tsabit selanjutnya.
“Nah, merekakan akhirnya surplus ya.. Kalo kita dapet berapa, Mi?” Senyuman tampak jelas di wajah Tsabit, Wafda, Kamila, dan Teh Gilang  yang juga sedang berada di basecamp panitia.
“20 juta!!” Wajahku tidak bisa menyembunyikan rasa gembira dan haru.
“Eeh salaah ermi. Ai kamu, kita dapet 27 juta.” Kamila mengoreksi.
“Ooh iya, bener deng, kita dapet 27 juta, Tsabit. Alhamdulillah..”
“Kalian pada sholat tahajjud malemnya?” Tsabit melanjutkan.
“InsyaAllah, Eh, maksudnya Alhamdulillah iya. Kalau kamu?”
“Aku engga euy, aku hanya witir. Capek pisan malem itu.”
“Ohaha yaa gapapa. Eh, keajaiban banget ya kita bisa dapet segitu. Malem itu tuh aku bener-bener khawatir sanlat kita bakal kayak gimana, aku doa terus. Akhwat yang lain juga kayaknya, hehe”
“Iya.. Alhamdulillah..”Tsabit mengakhiri pembicaraan tersebut.

inilah sms Teh Sirin itu...

 

Followers

Thanks For Visiting, Hopefully Could Be Useful And Don't Forget To Leave Suggestions In The Suggestion Box ^^