Indonesian Freebie Web and Graphic Designer Resources

Siapa tuh Ermi?

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Halo, nama lengkap saya Ermida Debita. Teman-teman yang sudah dekat memanggil saya Ermi, kalau yang baru kenal biasanya Ermida. Saya lahir 12-12-96. Sekarang saya sedang merantau ke Bandung untuk sekolah, tepatnya di SMAN 5 Bandung. Doakan saya semoga perantauan saya tidak sia-sia dan diberkahi Allah ya! Aamiin.

Sedikit Mengenai Negaraku...






Globalisasi sudah menjadi kenyataan yang telah ada sejak lama, Percepatan globalisasi semakin nyata melalui perkembangan komunikasi data. Dalam globalisasi batas negara hampir tidak ada, perjanjian WTO mempertegas hal ini. Setiap negara anggota WTO akan menurunkan bea masuk tarif impor sehingga diharapkan ekonomi negara anggota akan berkembang sesuai spesialisasi produk masing-masing negara. Meskipun demikian pemain besar globalisasi adalah negara maju melalui koorporasi besar yang memiliki keunggulan politik, ekonomi dan teknologi.

Paradigma globalisasi pada hakekatnya adalah neo kolonialisme yang di perkirakan akan terjadi oleh salah seorang founding father Indonesia “Bung Karno”. Sejarah bangsa-bangsa maju yang nota bene adalah agresor atau penjajah yang telah menikmati hasil jajahan mereka di masa lalu sehingga mereka dapat menggunakannya pada kepentingan inovasi produk mereka. Bila dianalogikan negara maju dengan negara berkembang dalam globalisasi adalah pertempuran antara “David” dengan “Gooliath” sehingga kompetisi yang terjadi adalah kompetisi yang tidak adil sama sekali.

Globalisasi memang sudah diciptakan sejak lama oleh bangsa2 maju melalui pemberian hutang secara kontinu kepada negara yang memiliki kekayaan alam sehingga bangsa-bangsa ini menjadi tergantung pertumbuhan ekonominya kepada hutang. Para agen globalisasi membuat laporan-laporan yang bagus mengenai negara obyek, Bank dunia, IMF dan ADB merupakan kepanjangan tangan dari negara G7 yang menguasai ekonomi lebih dari 70 % di dunia.

Akibatnya adalah negara yang “Kaya” seperti halnya indonesia dibuat tidak berdaya akan hutang, masih ingat dalam ingatan kita bahwa dalam masa orde baru kita disebut-sebut macan asia, pertumbuhan ekonominya lebih dari rata-rata, infrastruktur pada saat itu dibangun dengan terencana, harga pangan murah, harga bahan bakar murah dsb. Tapi segala macam itu dibangun dengan hutang. Hal ini diperparah dengan praktek korupsi yang merajalela, dan apabila dampak hutang luar negeri terhadap ekonomi indonesia diambil sebagai penelitian disertasi ada hipotesa bahwa yang menjadi asset pembangunana yang bersumber dari hutang luar negeri hanya 50 % dan sisanya menguap kepada koruptor baik dalam maupun luar negeri.

Apabila kita bayangkan keuangan suatu negara ke dalam suatu perusahaaan, maka perusahaan layak diberi hutang apabila perbandingan antara equity dengan kewajibannya adalah lebih besar atau sama dengan satu. Artinya ekuitas dari suatu negara harus lebih besar daripada kewajibannya. Sebaliknya yang terjadi dengan Indonesia saat itu jumlah kewajiban dibandingkan dengan ekuitas jauh lebih besar, namun negara donor terus memberikan bantuan mengingat asset yang dimiliki bangsa kita sangat besar dan diyakini akan cukup untuk membayar hutang tsb.

Krisis moneter 1998 adalah cairnya puncak gunung es dari candu hutang yang dilakukan pemerintah orde baru, masih ingat dalam ingatan kita bagaimana mantan presiden soeharto terpaksa menandatangani perjanjian “obat mujarab” dengan IMF. Dengan bersila tangan Mr. Camdessus menyaksikan pak Harto menandatangani perjanjian obat mujarab itu. Padahal resep IMF bukanlah mujarab melainkan tambahan racun yang di buat untuk mendorong terjadinya gejolak di masyarakat sehingga timbul kerusuhan akibat akumulasi kekacauan ekonomi dengan ditutupnya 16 bank, kenaikan harga bbm, dicabutnya beberapa subsidi bahan pokok dsb.

Setelah pak Harto lengser kemudian reformasi digulirkan, banyak kemajuan dari segi ketatanegaraan bangsa kita yang kemudian menjadi salah satu bangsa besar demokrasi. Namun demikian sektor birokrasi dan hukum nyaris tidak berubah, motto kalau masih bisa dipersulit kenapa harus dipermudah masih menjadi paradigma birokrat sementara aparat hukum makin semrawut dengan keputusan hukumnya yang lebih berpihak kepada yang kuat secara politik dan ekonomi. Sudah capek rasanya kita melihat koruptor dihukum lebih rendah daripada maling kambuhan dan ini hanya terjadi dibumi yang kita cintai yang bernama Indonesia. Selain itu reformasi di anggap oleh sebagian besar rakyat hanyalah membawa kesulitan dimana harga bahan pokok mahal dan bbm tinggi, meskipun kondisi saat ini tidak dapat diputuskan dari kisah masa lalu bangsa penghutang ini.

(sedih... ingin sekali memajukan negara Indonesia! aku cinta negara ini, belajar belajar berdoa. semangat!!!)

http://mppijaya.wordpress.com/

0 comments: (+add yours?)

Posting Komentar

Followers

Thanks For Visiting, Hopefully Could Be Useful And Don't Forget To Leave Suggestions In The Suggestion Box ^^