Jika ditilik dari sejarah, pada tahun 1950 Korea Selatan termasuk negara miskin karena perekonomian negaranya hanya bersandar pada pertanian, belum lagi sempat hancur gara-gara pendudukan Jepang pada tahun 1945 dan Perang Korea pada tahun 1950. Diawal tahun 1960-an, perekonomian bangsa Indonesia tidak jauh berbeda dengan Korea. Namun, pada saat sekarang Korea Selatan menjadi negara perdagangan terbesar ke-11 di dunia. Korea Selatan adalah contoh negara yang sukses dan berkembang sebagai anggota OECD (Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi) dan berhasil melakukan swasembada pangan dan pengembangan pendidikan tinggi dalam waktu yang singkat. Industri nasional Korea Selatan adalah Industri Semen, tetapi tidak banyak hasil alam yang bisa diandalkan dari Korea Selatan karena langkanya sumber daya alam terutama komoditi pertanian. Ini dikarenakan Semenanjung Korea adalah wilayah yang memiliki musim dingin yang panjang dan tanah yang berbatu sehingga daratan ini tidak mudah ditanami oleh berbagai macam tanaman pangan. Kondisi yang demikian tidak menjadi penghalang bagi kemajuan perekonomian, pembangunan dan pendidikan di negara ini. Pada dekade 1960-an hingga 1980-an, kalangan pengusaha Korea telah membangun hubungan dagang dan membuka akses pasar ke negara-negara kawasan seperti Jepang, bahkan telah menyeberang ke Amerika dan Eropa. Kebijakan pemerintah untuk memberikan suku bunga bank yang rendah pada wirausahawan dalam negeri turut mendorong berkembangnya perekonomian mikro. Korea Selatan menjadi salah satu negara eksportir barang manufaktur berteknologi tinggi utama, mulai dari elektronik, mobil/bus, kapal, mesin-mesin, petrokimia hingga robotik. korporasi raksasa Samsung, LG, Hyundai-Kia, KB Financial Group, industry perkapalan dan SK. Bahkan, Burj Dubai, Gedung Tertinggi di dunia yang terdapat di Dubai, dibangun oleh Samsung Engineering & Construction Korea Selatan. Kapal penumpang terbesar di dunia bernama MS Oasis of the seas juga merupakan kapal yang dibuat oleh perusahaan Korea Selatan STX Europe.
Setelah perekonomian Korea Selatan mengalami kemajuan maka kualitas dan keterjangkauan bidang pendidikan ditingkatkan. Pemerintah memberi perhatian besar pada bidang pendidikan serta investasi agresif di kegiatan penelitian. Sebagai buktinya, pemerintah Korea Selatan menaikkan gaji guru sebesar dua kali lipat karena guru merpakan ujung tombak dan aktor vital dalam pengembangan dunia pendidikan. Pemerintah juga mengambil langkah-langkah ekspansif antara tahun 1960-an dan 1990-an guna memperluas akses pendidikan bagi segenap warga negara. Komitmen Pemerintah Korea Selatan terhadap pembangunan pendidikan tercermin pada public expenditure
Disamping faktor pendidikan, keberhasilan Korea Selatan dalam pembangunan dikaitkan dengan karakter bangsa. Tumbuhnya jiwa kewiraswastaan, tenaga kerja yang sangat terlatih, pemerintahan yang relatif bersih, makroekonomi yang solid, dan kondisi sosial-politik yang relatif bebas dari konflik jelas didukung oleh budaya kerja keras dan etos kerja yang tinggi. Selain “political will” pemerintah Korea Selatan yang tinggi terhadap pembangunan bangsanya, mentalitas rakyat Korea sudah terbentuk yaitu dengan mencintai negara, bangga dan cinta menggunakan produk lokal serta tidak konsumtif. Prinsip Negara Korea Selatan adalah “paling aman dan paling murah”, karakter bangsa yang sangat mengedepankan efisiensi jelas termanifestasi pada prinsip negara tersebut. Bagi rakyat Korea Selatan, krisis merupakan langkah awal dalam menuju gerbang kesuksesan. Krisis yang dalam bahasa Korea memiliki bunyi wi-qi, wiqi adalah kesempatan baru merupakan representasi simbol bahasa pada rakyat Korea Selatan bahwa krisis merupakan saat dimana suatu kesempatan baru muncul.
Bukti nyata dari karakter rakyat Korea Selatan yang begitu mencintai negaranya adalah lahirnya “gerakan emas”. Gerakan emas merupakan gerakan pengumpulan emas yang dilakukan oleh masyarakat Korea Selatan. Pengumpulan emas senilai 25 Milyar US $ yang selanjutnya dijual ke luar negeri merupakan upaya bersama dalam mengatasi krisis keuangan di Korea Selatan. Bahkan, Prof. Yang menceritakan bahwa ibu kandungnya sendiri ikut menyumbang cincin emas pernikahan yang telah dimiliki selama puluhan tahun. Ketika Prof. Yang melarang keputusan ibunya tersebut karena berpendapat bahwa cincin emas itu bernilai sakral dan menjadi lambang dari kehadiran si ayah yang telah tiada, maka si ibu dengan lugas menjawab “negara harus diutamakan”. Pengorbanan yang diberikan rakyat kepada negara tentu dilatarbelakangi oleh besarnya rasa kepercayaan publik pada negara dan institusi negara. Hal ini tidak mengherankan, karena birokrasi dan pemerintahan Korea Selatan terkenal sangat bersih, tidak korup dan sangat efisien. Seperti yang diungkapkan oleh Rothstein dan Stolle bahwa negara dan institusi negara memiliki kapasitas untuk membangun kepercayaan publik. Kepercayaan publik menajdi sedemikian fundamental karena berperan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi.
Di bidang politik, Korea Selatan menghadapi persoalan yang cukup rumit. Negara tetangganya di sebelah utara, Korea Utara, menjadi pemicu dari tekanan politik yang didapat Korea Selatan. Korea Utara dan Korea Selatan pernah bersatu sebagai sebuah negara hingga tahun 1948. Sempat terjadi perang diantara Korea Utara dan Korea Selatan pada tahun 1950 namun terjadi gencatan senjata pada tahun 1953. Hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara semakin tidak harmonis sejak Korea Utara memiliki misil nuklir dan melakukan beberapa kali tes misil. Tidak hanya Korea Selatan, negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang, Rusia bahkan lembaga sebesar PBB menyerukan penghentian uji coba dan kepemilikan nuklir di Korea Utara. Namun, Korea Utara menafikkan seruan ini bahkan memanfaatkan kemampuan nuklirnya untuk berdiplomasi dengan negara lain terutama dengan Amerika Serikat. Pada tahun-tahun belakangan ini terjadi beberapa bencana yang mengakibatkan kelaparan massif di Korea Utara. Banjir besar yang terjadi pada tahun 2006 dan kegagalan panen yang melanda pada tahun 2009 menyebabkan berjuta-juta penduduk Korea Utara kelaparan. Terjadi penurunan jumlah bantuan internasional pada pertengahan 2009, karena Korea Utara dinilai melanggar kesepakatan larangan melakukan uji coba oleh nuklir. Polemik program nuklir Korea Utara tidak bisa menyembunyikan kenyataan bahwa jutaan rakyat Korea Utara tengah diserang bencana kelaparan. Menyadari keadaan yang dilematis ini, Korea Selatan berkeinginan untuk mengirimkan bantuan makanan namun tekanan politik yang begitu kuat terutama dari Amerika Serikat menghambat political will pemerintah Korea Selatan tersebut. berupa besarnya jumlah anggaran pendidikan. artinya adalah waktu darurat dan
Pada akhirnya, kita dapat melihat Korea Selatan yang awalnya hanyalah negara pertanian tradisional paling miskin, sekarang negara ini bangkit dan menjadi negara industri modern. Pengalaman Korea Selatan dalam menghadapi krisis ekonomi dunia dapat menjadi pijakan bagi Indonesia untuk belajar dan mengadopsi nilai sosial serta program kerja mereka bagi kemajuan bangsa. Korea Selatan merupakan bangsa yang menggunakan persoalan krisis ekonomi nasionalnya sebagai basis dan pemicu semangat untuk sebuah upaya perbaikan. Sangat menarik untuk mempelajari Korea Selatan dari perspektif ekonomi dan sosial.
http://www.map.ugm.ac.id/
Siapa tuh Ermi?
- Ermida Debita
- Bandung, Jawa Barat, Indonesia
- Halo, nama lengkap saya Ermida Debita. Teman-teman yang sudah dekat memanggil saya Ermi, kalau yang baru kenal biasanya Ermida. Saya lahir 12-12-96. Sekarang saya sedang merantau ke Bandung untuk sekolah, tepatnya di SMAN 5 Bandung. Doakan saya semoga perantauan saya tidak sia-sia dan diberkahi Allah ya! Aamiin.
Contoh Hebat- Korea Selatan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments: (+add yours?)
Posting Komentar